BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik penting dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah mencari konsentrasi suatu larutan asam dan sampel larutan basa dengan menggunakan metode titrasi asam-basa dengan larutan standart asam yaitu HCl 0,2N dan larutan standart basa yaitu NaOH 1,5N.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan konsentrasi suatu larutan asam dan sampel larutan basa larutan basa dengan menggunakan metode titrasi asam-basa dengan larutan standart asam yaitu HCl 0,2N dan larutan standart basa yaitu NaOH 1,5N ?
I.3. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui konsentrasi suatu larutan asam dan sampel larutan basa dengan menggunakan metode titrasi asam-basa dengan larutan standar asam yaitu HCl 0,02N dan larutan standar basa yaitu NaOH 1,5N.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut :
Produk aA + tT
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.

dengan demikian secara stokiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (Anonim, 2009)
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan,diantaranya:
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan.
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalensi. Dengan kata lain konstanta keseimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekuivalensi.
3. Diharapakan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekuivalensi tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehinggatitrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit.(anonim, 2009)
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi buasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksiometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.(Day, dkk, 1986)
larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator , maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir tutrasidan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekuivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekuivalen maka pHnya 7 (netral). Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:
1. Zat harus 100% murni.
2. Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
3. Mudah diperoleh.
4. Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar. Hal ini untuk memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relative yang lebih kecil disebanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
5. Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bias menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indicator (Anonim, 2009).

2.2 Asidi-alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
H⁺ + OH¯ ˗˗ ˃ H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indicator agar kesalahan titras sekecil kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam basa dapat digunakan indicator asam basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indicator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam basa maka disebut dengan titrasi adisi alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi reaksi tersebut.

2.3 Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya .
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi ) . Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.

Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indicator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1ml ) indicator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M. Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indicator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna (colorless) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ). Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indicator dalam keadaan transisinya. Untuk indicator phenolphthalein karena indicator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).
Titrasi yang dilakukan dalam percobaan ini mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat basa lemah, asam lemah basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indicator asam basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi 1986).
Satu hal yang perlu diperhatikan pada titrasi asidi-alkalimetri adalah perubahan pH. Titrasi asam basa dapat terjadi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan indikator asam basa yang akan berubah warna apabila pH larutan berubah. Indikator yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat.
2. Perubahan warna telah terjadi mendadak
3. Titik akhir tegas dan tajam.
Indikator yang akan digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi harus memiliki trayek pH yang mencakup pH pada saat titik ekivalen dan trayek indicator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi (Darusman 2003).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).
Pada titrasi asidi alkalimetri dapat dibagi menjadi dua macam bagian yaitu asidimetri dan alkalimetri.

2.4 Asidimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen pereaksi pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator.Kedua cara diatas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik.
Selama bertahun tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang kata, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reaksinya adalah :
HA + OH-→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah :
BOH + H+ → B+ + H2O
2.5 Alkalimetri
Sedangkan Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang sering dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara (Mathias 2000).
Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun penyusun dari suatu zat dan pengembang pengembang metode metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran.
Analisis anorganik kuantitatif yaitu proses analisis untuk menentukan atau mengidentifikasi banyaknya atau perbandingan banyaknya tiap-tiap penyusun yang terdapat dalam suatu zat atau senyawa.
Secara garis besar analisis kuantitatif dibagi menjadi :
1. Analisis secara volumetri.
2. Anallisis secara gravimetri
Analisis secara volumetric adalah analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya.
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, disebut larutan standar atau larutan lembaga, dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram ekivalen tertentu. Sedang banyaknya zat yang akan ditentukan dapat dihitung dari banyaknya volume larutan standar dengan hokum ekivalen kimia biasa .
Proses penambahan larutan standar kedalam larutan yang akan ditentukan normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi. Sedangkan larutan yang akan ditentukan normalitasnya disebut larutan yang dititrasi. Saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut saat titik ekivalen atau titik stokiometri biasanya titik akhir titrasi disebut juga titik akhir teoritis. Titik akhir titrasi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna yang terdapat dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan jelas bila dalam proses titrasi ditambahkan sedikit indicator .
Dalam analisis secara volumetric, reaksi yang terjadi antara zat yang ditentukan dengan larutan standar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Reaksi harus sederhana sehingga mudah dituliskan dengan persamaan reaksi kimianya. Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara kuantitatif dengan larutan standar atau larutan pereaksi dalam perbandi- ngan yang setara atau secara stokiometri.
2. Reaksi harus terjadi dengan cepat, apabila perlu untuk mempercepat reaksi dapat ditambahkan suatu katalisator.
3. Pada saat tercapainya titik setara atau ekivalen, di dalam larutan harus terjadi perubahan yang jelas, baik dalam sifat fisik maupun sifat kimianya
4. Indikator yang digunakan harus memberikan ketentuan yang jelas saat terjadinya titik akhir titrasi, misalnya perubahan warna atau terjadinya pembentukan endapan. Apabila ternyata tidak ada indi kator yang mampu menunjukkan saat tercapainya titik ekivalen, amak proses ini dapat dikerjakan dengan cara :
a. titrasi secara potensiometri.
b. Titrasi secara konduktometri
c. Titrasi secara amperometri
Reaksi dalam analisis volumetric terbagi menjadi :
1. Reaksi-reaksi yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, sehingga hanya terjadi penggabungan ion-ion saja.
2. Reaksi reaksi yang mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron yaitu reaksi-reaksi oksidasi-reduksi.
Sehingga berdasarkan reaksi reaksi diatas, pro-ses titrsi terbagi menjadi :
1. Titrasi netralisasi.
2. Titrasi pengendapan dan pembentukan kompleks.
3. Titrasi oksidasi-reduksi.
Proses titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses titrasi netralisasi. Asidimetri merupakan suatu titrasi terhadap larutan basa bebas atau ga ram yang berasal dari basa lemah dengan larutanstandar asam. Dalam proses ini terjadi penggabungan ion H+ dengan ion OHˉ membentuk molekul air. Sedangkan alkalimetri adalah suatu proses titrsi larutan asam bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan la rutan standar biasa.

Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan per samaan antara volume dan konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku ru- mus sebagai berikut :
V1 X N1 = V2 X N2
V1 : Volume zat penetrasi/standar (mL).
N1 : Normalitas zat penetrasi/standar (gr ekivalen/L).
V2 : Volume zat yang dititrasi (mL).
N2 : Normalitas zat yang diititrasi (mL)

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) denganpenerima proton (basa) . Potensiometri yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan (Basset 1994).Proses potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume titran yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini dapat digunakan bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986)
Reaksi antara titran dan zat yang dipilh sebagai suatu standar primer hendaknya memenuhi persyaratan untuk analisis titrimetrik. Lahi pula standar primer itu haruslah mempunyai karakteristik berikut:
1. Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian tertentu yang diketahui dengan harga yang wajar. Pada umumnya, banyaknya ketidakmurnian tak boleh melebihi 0,01%-0,02%, dan harus dimungkinkan untuk menguji ketidakmurnian secara kualitatif dengan kepekaan yang diketahui.
2. Zat itu haruslah stabil. Mudah dikeringkan dan tak boleh terlalu higroskopik sehingga menyerap air, sementara ditimbang tak boleh terlalu susut bila dibiarkan di udara. Biasanya hidrat garam tidak digunakan sebagai standar primer.
3. Diiingkan agar standar primer itu mempunyai bobot ekuivalen yang wajar tingginya agar galat dalam penimbangan dapat diminumkan
Dalam analisis titrimetri sistem konsentrasi molaritas dan normalitas paling sering digunakan . Formalitas dan konsentrasi analitis bermanfaat dalam situasi-situasi dimana terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks . Sistem persen bobot lazim digunakan untuk menyatakan konsentrasi kira-kira (dari) reagensia laboratorium . Untuk larutan yang sangat encer bagian tiap juta (ppm = parts per million) atau bagian tiap milyar (ppb = parts per billion) lebih sesuai .
Proses titrasi asidimetri dan alkalimetri merupa kan salah satu proses titrasi netralisasi. Asidimetri merupakan suatu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar asam. Dalam proses ini terjadi penggabungan ion H+ dengan ion OHˉ membentuk molekul air. Sedangkan alkalimetri adalah suatu proses titrsi larutan asam bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan la rutan standar biasa.

Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan per samaan antara volume dan konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku ru- mus sebagai berikut :
V1 X N1 = V2 X N2
V1 : Volume zat penetrasi/standar (mL).
N1 : Normalitas zat penetrasi/standar
(gr ekivalen/L).
V2 : Volume zat yang dititrasi (mL).
N2 : Normalitas zat yang diititrasi (mL)

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) denganpenerima proton (basa) . Potensiometri yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan (Basset 1994).Proses potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume titran yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini dapat digunakan bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986)

BAB III
Metodologi Percobaan

III.1 Variabel Bahan
1. HCl 0,54N
2. KOH 0,6N
3. Asam Oksalat 0,12N
4. Boraks 0,18N
III.2 Bahan yang Digunakan
1. HCl
2. NaOH
3. Asam Oksalat
4. Boraks
5. Indikator MO
6. Indikator PP
7. Aquadest
8. Sampel Asam
9. Sampel Basa
III.3 Alat yang Digunakan
1. Burret, statif dan klem holder
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Gelas ukur
6. Gelas arloji
7. Labu ukur
8. Timbangan Elektrik
9. Pipet tetes
10. Spatula
III.4 Prosedur Percobaan
1. Membuat larutan standart :
• Membuat larutan NaOH 0,4 N dalam 250 ml air
• Mengambil 8 gr NaOH kemudian dilarutkan kedalam 250 ml air
• Membuat larutan HCL x N dalam 250 ml air
• Mengukur volume HCl x ml kemudian dilarutkan ke dalam 250 ml air
2. Membuat larutan boraks 0,03 N
• Mengambil x gram boraks kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml air
3. Membuat larutan asam oksalat 0,025 N
• Mengambil x gram asam oksalat kemudian dilarutkan kedalam 100 ml air
4. Menitrasi larutan boraks yang telah diberikan indikator MO sebanyak 2-3 tetes dengan HCl . Warna yang terjadi sebelum titrasi orange dan setelah titrasi warnanya merah muda . Percobaan ini dilakukan sebanyak 3x sehingga diperoleh volume rata-rata dalam titrasi tersebut . Menghitung normalitas untuk larutan HCl yang sebenarnya .
5. Menitrasi larutan asam oksalat yang telah diberi indikator PP sebanyak 2-3 tetes dengan NaOH , warna yang terjadi sebelum titrasi tidak berwarna dan setelah titrasi warnanya menjadi merah anggur . Percobaan ini dilakukan sebanyak 3x sehingga diperoleh volume rata-rata dalam titrasi tersebut . Menghitung normalitas untuk larutan NaOH yang sebenarnya .
6. Menitrasi sample basa yang telah diberi indikator MO sebanyak 2-3 tetes dengan zat penitran HCl , warna sebelum titrasi orange dan setelah titrasi warnanya merah muda . Percobaan ini dilakukan sebanyak 3x sehingga diperoleh volume rata-rata dalam titrasi tersebut . Menghitung normalitas untuk larutan HCl yang sebenarnya dan persen kesalahan kurang dari 10%
7. Menitrasi sample asam yang telah diberi indikator PP sebanyak 2-3 tetes dengan zat penitran NaOH , sebelum titrasi tidak terjadi perubahan warna tetapi setelah di titrasi terjadi perubahan menjadi merah anggur . Percobaan ini dilakukan sebanyak 3x sehingga diperoleh volume rata-rata dalam titrasi tersebut . Menghitung normalitas untuk larutan NaOH yang sebenarnya dan persen kesalahan kurang dari 10% .

III.5 Diagram Alir Percobaan

III.5 Gambar Alat Percobaan

Burret
Statif

Klem Holder
Beaker Glass

Erlenmeyer
Gelas Ukur

Gelas Arloji
Labu Ukur

Timbangan Elektrik
Pipet Tetes

Corong
Spatula

About blogoblogkuasyik

yuifdfghj

Tinggalkan komentar